Jumat, 28 November 2025, menjadi momen krusial bagi industri musik Italia dengan dua peristiwa besar yang berlangsung bersamaan. Sorotan utama tertuju pada Nelson Mandela Forum di Florence yang dipastikan akan bergemuruh penuh sesak. Anna Pepe, penyanyi yang kini tengah berada di puncak popularitasnya, siap mengguncang panggung tersebut dalam rangkaian “Vera Baddie Tour”. Setelah sukses besar dengan tur klub yang tiketnya ludes terjual di seluruh jadwal—sebuah perjalanan yang nantinya akan berakhir di Roma—konser di Florence ini pun mencatatkan status sold out. Antusiasme publik memang tak terbendung untuk menyaksikan energi eksplosif Anna secara langsung tepat pukul 21.00 waktu setempat.
Anna bukan sekadar penyanyi, melainkan telah menjelma menjadi fenomena budaya bagi generasinya. Statistik berbicara lantang mengenai dominasinya: enam miliar streaming, lebih dari empat juta kopi terjual di Italia, serta deretan 39 sertifikasi Platinum dan 8 Emas. Albumnya, “Vera Baddie”, yang sepenuhnya ditulis oleh Anna, sukses mengguncang skena musik lokal. Album ini membawa narasi tentang sosok “baddie”—sebuah potret wanita modern yang mandiri, mengusung semangat pemberdayaan diri, namun tetap jujur dengan kerapuhan dan kekurangannya. Album yang telah meraih sertifikasi Double Platinum ini mencetak rekor fantastis, termasuk bertahan di posisi nomor satu tangga album FIMI/GFK selama sembilan pekan berturut-turut, sebuah pencapaian yang belum pernah diraih artis wanita sejak 2008. Bahkan, Anna menyamai rekor Adele tahun 2015 dengan menempatkan album dan singelnya di posisi puncak secara bersamaan.
Eksplorasi Kerentanan Pria dalam Karya Baru Cremonini
Sementara Anna merayakan kejayaannya di atas panggung, di hari yang sama, Jumat 28 November, gelombang emosi yang berbeda dihadirkan oleh Cesare Cremonini lewat peluncuran lagu terbarunya di seluruh radio. Bertajuk “Ragazze facili”, lagu ini merupakan materi dari album “Alaska Baby” yang menawarkan kedalaman emosional yang kontras. Cesare mengungkapkan bahwa meski lagu ini tercipta hanya dalam beberapa menit di depan piano, proses pencarian jiwanya memakan waktu seumur hidup. Karya ini bukan sekadar lagu cinta, melainkan sebuah pengakuan jujur tentang kerentanan seorang pria.
Dalam penjelasannya yang menyentuh, Cesare menyebut bahwa lagu ini adalah “ledakan yang menjebol bendungan”. Judul “Ragazze facili” atau “gadis-gadis mudah” di sini bukanlah merujuk pada perempuan, melainkan sebuah metafora tentang alibi dan jalan mudah yang sering diambil pria untuk bersembunyi dari rasa sakit. Ia mencoba mematahkan stigma maskulinitas dengan menunjukkan bahwa keberanian sejati justru terletak pada kemampuan untuk mengakui kelemahan dan mengambil risiko untuk mencintai. Lagu ini menjadi potret momen ketika seorang pria melepaskan topengnya dan menghadapi bayang-bayang di pikirannya sendiri.
Sentuhan Klasik dalam Produksi Modern
Secara musikalitas, “Ragazze facili” dikemas dalam balutan ballad bernuansa glam yang kental. Pendengar akan segera menangkap penghormatan Cesare terhadap para legenda penulis lagu Inggris. Ada jejak David Bowie, Paul McCartney, dan Elton John di sana, namun yang paling mencolok adalah pengaruh Queen lewat penggunaan paduan suara yang teatris, seolah membawa pendengar ke tengah pertunjukan musikal gospel. Meskipun membawa memori suara dari era 70-an, Cesare berhasil meramunya dengan bahasa yang relevan bagi pendengar masa kini.
Keseriusan penggarapan lagu ini juga terlihat dari proses produksinya. “Ragazze facili” direkam di British Grove Studios milik Mark Knopfler di London pada Maret 2024. Tak tanggung-tanggung, Cesare menggandeng Mike Garson, pianis legendaris sekaligus guru dari mendiang David Bowie, untuk mengisi bagian piano. Kolaborasi ini menjadikan lagu tersebut sebagai “kuil emosional” dan salah satu karya dengan bobot artistik terberat dalam album terbarunya, menegaskan posisi Cesare sebagai musisi yang tak henti berevolusi.