Lagu berjudul “Kalah Materi” yang dibawakan oleh penyanyi Pantura, Ali Gangga, pertama kali dirilis pada tahun 2020. Meski sudah beberapa tahun berlalu sejak peluncurannya, lagu ini kembali mencuri perhatian publik setelah dibawakan ulang oleh sejumlah penyanyi populer, seperti Difarina Indra, Dede Risty, dan Dewi Kirana.
Popularitas lagu ini kembali melonjak karena liriknya yang menyentuh dan relevan dengan kenyataan hidup banyak orang. Dengan gaya khas musik Pantura dan nuansa melankolis yang kental, “Kalah Materi” berhasil menghidupkan emosi para pendengarnya, terutama mereka yang pernah merasakan getirnya cinta yang harus kandas karena perbedaan kondisi ekonomi.
Pesan Mendalam dalam Lirik Lagu
Lirik lagu ini mengangkat kisah cinta yang tulus namun harus berakhir karena ketimpangan materi. Di balik nada-nada sederhana, tersimpan kisah dua insan yang saling mencintai, namun harus menerima kenyataan bahwa cinta saja tidak cukup untuk mempertahankan hubungan ketika perbedaan ekonomi menjadi jurang yang tak terjembatani.
Salah satu bait dalam lagu berbunyi:
“Senajan masih demen, sun rela nglepasaken, senajan batin lara, kita kudu nerima.”
Bait ini menggambarkan pengorbanan seseorang yang tetap mencintai, namun memilih untuk merelakan pasangannya pergi demi kebahagiaan yang lebih realistis.
Cinta vs Materi
Tema utama dalam “Kalah Materi” adalah pertarungan antara cinta sejati dan kenyataan pahit tentang pentingnya materi dalam hubungan. Sang tokoh dalam lagu mengakui bahwa dirinya hanya memiliki cinta, sedangkan sang kekasih menginginkan lebih dari sekadar perasaan.
Kalimat seperti “Kita sih mawas diri, kalah kenang materi, duwene cuma cinta” menunjukkan sikap introspeksi dan penerimaan, bahwa dalam kehidupan nyata, cinta sering kali tidak bisa berdiri sendiri tanpa dukungan materi. Lirik ini sangat membumi, dekat dengan pengalaman banyak orang yang merasa kalah bersaing dalam percintaan karena keterbatasan ekonomi.
Lagu yang Tetap Relevan
Meski telah dirilis beberapa tahun silam, “Kalah Materi” masih relevan hingga sekarang. Lagu ini menjadi bentuk ekspresi dari kekecewaan yang tidak meledak-ledak, melainkan disampaikan dengan ketulusan dan keikhlasan. Tak heran jika lagu ini kembali diminati dan dinyanyikan ulang oleh penyanyi generasi baru yang memiliki penggemar luas di media sosial dan platform musik digital.
Ali Gangga sendiri dikenal sebagai penyanyi yang kerap membawakan lagu-lagu bertema keseharian, terutama yang dekat dengan kehidupan masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan lirik berbahasa Jawa yang khas dan sentuhan musik dangdut koplo, karya-karyanya banyak mendapat tempat di hati para penikmat musik tradisional-modern.