Lagu “Sore Tugu Pancoran” merupakan salah satu karya legendaris Iwan Fals yang dirilis pada tahun 1985 melalui album dengan judul yang sama. Lagu ini tidak hanya menjadi bagian dari album tersebut, tetapi juga menjadi lagu pengiring dalam film Damai Kami Sepanjang Hari, di mana Iwan Fals turut berperan sebagai pemeran utama. Lagu ini diproduksi oleh Musica Studio’s dan menggambarkan realitas sosial yang terjadi di ibu kota, khususnya kehidupan anak-anak yang terpaksa bekerja demi bertahan hidup.
Lewat “Sore Tugu Pancoran”, Iwan Fals menyampaikan kisah tentang seorang anak bernama Budi yang berjualan koran di kawasan Tugu Pancoran, Jakarta. Lirik lagu ini memotret perjuangan anak kecil yang harus menghadapi kerasnya kehidupan jalanan di tengah dinginnya hujan dan padatnya kota. Lagu ini bukan sekadar ungkapan musikal, tapi juga bentuk kritik sosial yang menyentuh hati dan menggugah kesadaran.
Pada bagian awal lagu, digambarkan Budi yang basah kuyup tanpa jas hujan, berdiri di simpang jalan menanti pembeli. Ia tetap bertahan di bawah guyuran hujan menjelang waktu Magrib, sembari menghitung hasil penjualannya. Meski kondisi tak mendukung, ia tetap melanjutkan menjajakan surat kabar sore hingga malam, lalu pulang setelah waktu Isya. Penggambaran ini memperlihatkan betapa kerasnya kehidupan yang dijalani oleh anak-anak jalanan demi mencukupi kebutuhan harian mereka.
Bagian reffrain dari lagu ini menjadi inti pesan yang ingin disampaikan Iwan Fals. Ia menekankan bagaimana seorang anak sekecil Budi harus “berkelahi dengan waktu” demi mengejar mimpi yang terus menghantui pikirannya. Anak-anak seperti Budi tidak memiliki waktu untuk menikmati masa kecil mereka, karena sejak dini sudah dipaksa menghadapi realitas kehidupan yang keras. Kalimat “dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal” menyiratkan bahwa meski tubuh mereka kecil dan rapuh, mereka tetap harus menanggung beban besar yang seharusnya bukan menjadi tanggung jawab anak seusia mereka.
Di bagian selanjutnya, lagu ini menggambarkan rutinitas Budi di pagi hari. Ia harus segera bersiap untuk sekolah, menyelesaikan tugasnya walau hanya sebagian, dan kembali menjalani keseharian sebagai anak yang terbagi antara dunia pendidikan dan pekerjaan. Lagu ini mempertanyakan apakah anak seperti Budi mampu bertahan di dua dunia yang menuntut banyak hal dalam waktu yang bersamaan.
Lewat narasi yang sederhana namun dalam, Iwan Fals mengajak pendengarnya untuk membuka mata terhadap kondisi sosial yang seringkali diabaikan. Lagu ini masih relevan hingga kini, mengingat masih banyak anak-anak di Indonesia yang mengalami kondisi serupa. “Sore Tugu Pancoran” bukan hanya sekadar lagu, tetapi juga bentuk kepedulian dan seruan untuk perubahan sosial yang lebih baik bagi generasi muda bangsa.
Dengan melodi yang menyentuh dan lirik yang kuat, lagu ini menjadi salah satu karya yang mampu menggugah nurani, sekaligus mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap nasib anak-anak yang hidup dalam keterbatasan.